ziyad syaikhan

Keotentikan sebuah Tulisan

Satu hal yang membuat kita terlihat otentik dan unik bukanlah tentang tampil sempurna setiap saat. Sebaliknya, kita akan menjadi unik ketika kita menunjukkan diri kita yang apa adanya. 

Aku girang sekali ketika menemukan salah satu artikel di Medium yang membahas masalah ini. Kalian bisa cek disini.

Kali ini aku akan membahas topik yang poinnya mirip namun lebih spesifik ke satu hal. Tentang gaya kepenulisan seseorang dan apa yang bisa membuatnya spesial.

Aku punya beberapa teman yang hobi menulis dan mempunyai blog, sama sepertiku. Dan rata-rata dari mereka adalah perempuan (nggak ada dari kawan laki-lakiku yang berkarya lewat tulisan. Bahkan melihat mereka membaca buku pun aku jarang). 

Masalahnya, setiap kali aku mengecek karya tulis dari mereka, aku selalu menemukan dua motif membosankan. Entah tulisan mereka sangat baku, hampir tak ada bedanya dengan tulisan di Wikipedia. Atau tulisan mereka yang selalu puitis dan bersajak. Aku bukan mencela dan merendahkan, jangan salah paham. Aku hanya menyayangkan fakta bahwa hingga titik ini aku sama sekali belum menemukan anak muda yang menjadi dirinya sendiri ketika menulis.

Setiap orang mempunyai karakter masing-masing dan biasanya akan terlihat dalam gayanya ketika menulis. Ibaratnya, setiap gaya tulisan punya aroma sendiri. 

Mark Manson adalah salah satu penulis yang aku sangat suka gaya tulisannya. Gaya kasar, tegas dan lugasnya dalam menyampaikan poin-poinnya. Ditambah berbagai umpatan yang terselip di sela penjelasannya. 

Bukan berarti aku membenarkan perilakunya yang mengumpat dan berkata kasar. Aku suka dengan poin dia tampil apa adanya. Ia jujur dengan apa yang ada pada dirinya. Bahkan seringkali dia menceritakan aibnya di masa lalu untuk dijadikan pelajaran. Tapi itu semua lah yang membuat dirinya spesial.

Jika kamu meminta contoh penulis dari Indonesia, maka ia adalah Andrea Hirata. Jika aku harus menggambarkan, maka setiap paragraf yang ia tuliskan di seluruh novelnya bisa membuat kita merasa seolah kita sedang menonton sebuah film yang disajikan secara sinematik. Bahasanya yang penuh dengan majas metafora dan melankolis membuat setiap karyanya terasa dramatis. 

Pasti kalian juga mengenal beberapa penulis lain yang gaya kepenulisannya sangat khas sekali. Saking khasnya, andaikan kamu membaca karyanya tanpa diberi tahu penulisnya pun, kamu tahu itu karya dia.

Apa rahasia yang membuat karya-karya mereka terasa otentik dan spesial? Seperti yang aku sudah sebutkan di paragraf pertama: Menjadi diri sendiri. 

Satu pola yang membuat tulisan anak muda (dan pemula) terasa flat dan template adalah karena mereka ingin tulisan mereka terlihat bagus. Namun, karena pengalaman mereka kurang dan amunisi (wawasan) mereka juga hampir nggak ada, jalur aman mereka ketika menulis hanya dua: Menjelaskan suatu fakta ilmiah dengan kalimat-kalimat baku, berusaha membuat kesan bahwa mereka adalah orang pintar yang berwawasan luas. Atau selalu berusaha puitis di setiap baris karya mereka, berusaha memberikan kesan bahwa mereka nyeni sekali. 

Poin utamanya, mereka tak menjadi diri sendiri. Mereka tidak jujur dengan karakter diri mereka. Setiap tulisan yang mereka buat jadi terasa datar dan membosankan. Nggak mengalir dari dalam jiwa.

Ada beberapa cara agar kamu bisa menemukan jati dirimu di dalam tulisan: 

  1. Banyak membaca (Apa saja, tak hanya buku). Oh, tentu saja ini menjadi poin penting sekali dan paling utama. Karena tanpa membaca, kamu tak akan pernah bisa menulis. Aku pernah bertanya kepada Bang Tere Liye di dalam sebuah seminar tentang cara agar mengatasi stuck dan mentok ketika menulis, jawabannya adalah, 

“Tambah dulu amunisimu (wawasan), banyak baca. Karena hanya dengan amunisi-amunisi itulah kamu bisa menulis. Semakin banyak amunisi yang kamu masukkan ke dalam kepalamu, semakin banyak pula ide tulisan yang kamu akan hasilkan. Kalau kamu mentok ketika menulis, berarti amunisimu kurang.”  

Selain menambah wawasan, kita juga bisa mendapatkan banyak inspirasi berbagai gaya bahasa para penulis lain. Bahkan tak ada salahnya kamu meniru gaya menulis dari penulis tertentu, itu merupakan salah satu caramu belajar dan mencari jati diri. Jika tak cocok dengan gaya penulis A, maka coba gaya penulis B. Eksplor saja terus. Kamu juga memperkaya bahasamu dari membaca.

Aku punya kebiasaan menjelajahi Quora atau Medium hanya untuk mencoba mencari gaya baru orang lain dalam menulis. Ada penulis yang blak-blakan dan suka ngegas di tiap paragrafnya (tipe penulis seperti ini adalah tipe favoritku. Andaikan ada perempuan yang gaya tulisannya seperti ini, maka dia akan kuanggap jodohku). Ada penulis yang singkat tulisannya tapi daging sekali materi yang disampaikan. Ada penulis yang suka bermajas di tiap kalimatnya. Ada penulis yang lucu sekali ketika ia bercerita, selalu melawak dan kita terhibur oleh tulisannya. Dan masih banyak lagi. 

  1. Banyak menulis. Kalau ini pasti sudah jelas. Kenapa aku nggak menyebut ‘banyak berlatih menulis’, karena menurutku ini akan terkesan menantang dan menjadi beban. Jadikan menulis sebagai rutinitasmu. Nggak usah menunggu ada topik yang muncul di kepalamu karena semua hal bisa menjadi topik tulisan.

Tulislah keseharianmu atau pengalaman mengesankan yang kamu ingat. Kamu juga bisa curhat di tulisanmu dan menyampaikan emosimu. Intinya, tulis apa saja. Nggak usah berusaha membuat tulisanmu terkesan bagus, gunakan bahasamu sendiri. Hanya pengalaman dan wawasan yang bisa menaikkan level tulisanmu. 

Semakin sering kamu menulis, maka tanpa disadari kamu sedang membangun karaktermu. Semakin lama, karaktermu akan semakin kokoh dan kuat. Orang lain pun akan semakin mudah mengenali tulisanmu.

  1. Publikasikan karyamu. Apakah kamu pernah merasa bahwa kamu harus berusaha lebih dalam melakukan sesuatu ketika di publik? Misalnya kamu berusaha menjaga form-mu ketika olahraga di gym lebih daripada ketika kamu olahraga di rumah. 

Sama juga dalam masalah ini. Ketika kamu mempublikasikan karyamu di media sosial dan orang-orang bisa melihat karyamu, otomatis kamu akan selalu berusaha yang terbaik untuk terus meningkatkan gaya tulismu. Dengan catatan tetap tunjukkan dirimu yang apa adanya. Tujuan dari poin ini adalah untuk mendorong performamu dan tidak asal-asalan ketika menulis. 

Ini juga melatih mental dan kepercayaan dirimu di hadapan publik. Kamu akan terbiasa menerima kritik dan saran tanpa merasa down. Ketika kamu diapresiasi, kepercayaan dirimu meningkat dan kamu akan tambah semangat dalam menulis. 

  1. Baca ulang karya lamamu. Salah satu cara melihat sudah sejauh apa kita melangkah adalah dengan melihat ke belakang. Coba baca kembali tulisan-tulisan lamamu dan bandingkan dengan tulisanmu yang sekarang.

Apa ciri khasmu ketika awal kamu menulis dan apa ciri khas di tulisanmu yang sekarang. Baca ulang tulisan-tulisanmu tapi sebagai orang lain. Bayangkan kamu adalah orang asing yang membaca karya penulis random. Lalu coba komentari sendiri tulisanmu. Apakah ada kesan tertentu? Apakah membaca tulisan lamamu membuatmu ingin muntah? Apa kesalahan yang membuat tulisan lamamu terasa jelek sekali? 

Ini adalah cara efektif sekali untuk belajar dan evaluasi untuk tulisan-tulisan mendatang. 

Jika kamu merasa tulisanmu di masa sekarang sudah mulai memiliki karakter dan gaya khas, bravo. Ini adalah awal yang bagus untukmu.

***

Intinya dari semua ini hanya satu. Be yourself. Tunjukkan saja hakikat dirimu yang sebenarnya. Bodo amat dengan apa kata mereka. Kamu adalah kamu. Tulisanmu adalah tulisanmu. 

Next Post

Previous Post

Leave a Reply

© 2025 ziyad syaikhan

Theme by Anders Norén