Halo, Aku Sehan!

Halo, namaku Ziyad Syaikhan.

Sebuah nama yang cukup tidak familiar di telinga orang Indonesia, karena kedua nama tersebut diambil dari bahasa Arab. Untuk mempermudah, selama ini aku memperkenalkan diri dengan nama Sehan.

Kamu bisa mengenalku sebagai seorang pemuda, mahasiswa, blogger, santri, atlit, fotografer, penikmat kopi hitam garis keras dan teman terbaikmu di sini.

Aku lahir dan tinggal di Jogjakarta, kota dengan seribu kenangan. Kota dimana kedua orangtuaku bertemu, jatuh cinta, menikah dan melahirkanku sebagai anak sulungnya. Hari ini, aku adalah seorang kakak tertua dari 5 bersaudara.

Semenjak kecil, aku dikenal sebagai bocah yang cerewet. Senang bercerita berbagai hal. Bahkan sesimpel berhasil mengorek upil yang besar, pasti akan segera ku ceritakan dengan semangat kepada Ibuku dengan deskripsi super lengkap dan detail.

Menginjak umur 11 tahun, Ibu memutuskan untuk memberikanku sebuah blog WordPress dengan domain gratisan. Kebetulan ibuku juga merupakan seorang blogger yang sudah cukup masyhur di kalangan ibu-ibu.

Beliau dikenal sebagai spesialis Homeschooling dan parenting. Beliau bisa ditemukan di situs pribadinya: cizkah.com atau di akun Instagramnya: @cizkah.

Di momen tersebut, ibuku memintaku untuk mulai berlatih bercerita lewat tulisan. “Kamu punya bakat bercerita, maka pastinya kamu memiliki bakat menulis.” Ujarnya.

Dengan senang hati, aku mulai menulis. Jari jemari kurusku mulai berkenalan dengan tombol-tombol keyboard dan berusaha terbiasa dengannya.

Berbagai cerita kutulis. Simpel saja. Ketika itu aku masih polos dan lugu. Yang kuceritakan tentu saja keseharianku sebagai anak SMP yang baru puber. Pengalamanku jalan-jalan ke kebun binatang misalnya, pengalaman mudik ke Jakarta, pengalaman ketika berkenalan dengan kawan baru.

Bahkan, aku geli sekali ketika ingat pernah menulis tentang diriku yang pernah naksir dengan gadis tetangga. Orangnya masih ada di kampung ini dan dirinya semakin cantik, Ah.

Aku sudah mengarsipkan tulisannya, jadi jangan harap kamu bisa menemukannya. Cukup diriku yang terhoek-hoek, jangan kamu.

Di satu fase, aku sempat ngidam sekali dengan berbagai novel karya Tere Liye dan Andrea Hirata. Keduanya sama-sama menghasilkan berbagai karya fenomenal dengan gaya khasnya masing-masing. Karenanya, aku jadi bercita-cita menjadi penulis novel.

Maka mulailah aku mencoba menulis novel. Berbulan-bulan, aku hanya sibuk berkutat di depan layar, berusaha mengarang berbagai skenario fiksi dengan gaya bahasaku sendiri. Aku bahkan sudah pede sekali mencari tahu bagaimana cara mempublikasikan naskah ke berbagai penerbit top seperti Bentang Pustaka atau Gramedia.

Sayangnya, hingga saat ini, seluruh naskah itu tak pernah selesai dan hanya berujung menjadi draft yang sudah lama tak tersentuh.

Aku sadar, ternyata menulis novel tak semudah itu. Dengan kemampuanku yang masih dangkal dan amunisi imajinasi yang minim, macam mana aku mau berharap bisa menulis sebuah novel yang bagus.

“Ah, kamu gampang nyerah.”

Setidaknya, aku pernah mencoba, kan?

Maka kembalilah diriku ke rutinitas lama, menulis pengalaman harianku di blog. Siapa sangka, usahaku mencoba menulis novel kemarin tak sepenuhnya sia-sia. Kemampuanku berbahasa dan menata cerita meningkat pesat. Karena di momen itulah aku pertama kali belajar dan berlatih menulis sesuai dengan kaedah kepenulisan.

Iya, sebelum itu, aku tak pernah peduli dengan kaedah kepenulisanku. Karena niatku ketika menulis saat itu hanya bercerita seenak jidatku saja. Setelah sempat berusaha mencoba menulis novel, aku mulai memahami bagaimana kita harus selalu berusaha agar tulisan dan bahasa kita rapi, sehingga pembaca bisa memahami dan menikmati tulisan kita dengan mudah

Tahun demi tahun berlalu. Aku terus istiqomah menulis, hingga akhirnya aku bisa membeli domain “com” untuk blogku ketika aku kelas 1 SMA.

Situsku akhirnya resmi menjadi milik pribadi. Aku masih sangat aktif menulis di dalamnya hingga saat ini.

Awal mula bergabung dengan Medium.

Bisa dibilang, aku belum lama bergabung menjadi penulis di Medium. Kira-kira baru 2 bulan hampir 3 bulan.

Awal mula aku tertarik bergabung adalah karena terinspirasi dari salah seorang teman yang juga menulis di Medium. Meskipun sayangnya ia tak cukup aktif.

Ketika aku mengetahui bahwa ada sebuah platform yang menyajikan berbagai artikel bagus karya para penulis dari berbagai belahan dunia dan kita bisa menjadi bagian dari mereka, aku langsung klop, jariku tanpa disuruh langsung menekan tombol “Bergabung menjadi member Medium”.

Aku juga langsung bergabung ke berbagai komunitas menulis, salah satunya adalah Komunitas Blogger Medium yang dikelola oleh mas Bagus Ramadhan dan sering berkarya di bawah naungannya.

Niatku bergabung dengan komunitas adalah untuk belajar, meningkatkan kemampuan menulis dan selalu menunggu koreksi dari para editor yang jelas lebih senior. Serta bertemu dengan para penulis lain dan saling mendukung satu sama lain.

Aku juga berlatih untuk meningkatkan kepercayaan diriku untuk membagikan gagasan dan opini dengan berani tanpa takut apapun. Mengingat bahwa dahulu kala, salah satu simbol perlawanan paling ditakuti oleh para penjahat negeri ini adalah tulisan.

Kini, setiap aku menulis artikel baru, aku akan selalu mempublikasikannya ke dua tempat, yaitu blog pribadiku, ziyadsyaikhan.com dan Medium.

Sekarang Lagi Ngapain?

Saat ini, aku aktif menjadi mahasiswa di salah satu kampus swasta Yogyakarta, UMY. Mengambil diploma 2 di jurusan bahasa Arab. Juga menyambi menjadi guru Al-Quran online.

Ziyad Syaikhan

Writer, Student & Photographer