ziyad syaikhan

Mentok Menulis

Hari ini aku kesal sekali.

Setiap kali aku baru saja bangun dari tidur siangku, aku mempunyai kebiasaan langsung membuat secangkir kopi hitam dan menyiapkan laptop untuk menulis. Tapi hari ini, ketika layar sudah menampilkan kursor yang berkedip, aku terpaku. Aku nggak tahu apa yang aku ingin tulis hari ini. 

Setengah jam sudah waktu berlalu, kopiku semakin sedikit dan ide itu nggak datang juga ke dalam benakku. Aku sudah berusaha keras memeras otakku untuk membuat ide topik baru, namun sia-sia. Hari ini, otakku memang lagi kosong. 

Sebenarnya ini bukan kali pertama aku mengalami ini. Fenomena ini sudah terjadi berkali-kali dalam perjalananku menulis. Baru kali ini saja aku mengetahui bahwa fenomena ini ternyata ada namanya: Writers Block.

Meskipun begitu, tentu saja momen ini bisa kadang menjadi terasa menakutkan bagiku. Ketika aku coba menjelajahi Medium, aku menghembuskan nafas lega menyadari bahwa aku tak sendiri. Banyak penulis lain yang juga membagikan pengalamannya ketika melewati fase ini. Bahkan selevel Uda Ivan Lanin pun pernah mengalami hal ini. 

Aku menghela nafas lega. Berarti fenomena sialan ini memang benar-benar normal. 

Aku ngakak sekali ketika membaca salah satu artikelnya ketika beliau curhat tentang pengalamannya yang tak tahu harus menulis apa. Kemudian tulisan ditutup tanpa kesimpulan. Tulisannya pendek. Intinya beliau curhat saja dan memang sedang nggak mood menulis. Bisa kamu cek di sini: https://ivanlanin.medium.com/buntu-menulis-8447b7bdea66

Jika kita mengacu ke penjelasan di Wikipedia, Writers Block adalah: 

Kondisi non-medis yang biasanya terkait dengan menulis, di mana seorang penulis merasa kesulitan untuk menghasilkan karya baru atau mengalami penurunan kreativitas.

Writer’s Block ini punya berbagai tingkat keparahan, mulai dari susah menemukan ide-ide baru sampai tidak bisa menghasilkan karya selama bertahun-tahun.” 

Singkatnya, dalam bahasa kita, kita menyebutnya mentok

Alasan dari fenomena ini bisa mencakup dari banyak faktor seperti kurangnya wawasan, kesusahan berbahasa dan berkurangnya ide atau kreatifitas. 

Apa hal yang aku lakukan ketika menghadapi fenomena ini? Ya pasrah. Kita tak akan bisa menulis sebuah topik secara baik dan mengalir jika dilakukan secara terpaksa. Biasanya ketika aku mencapai fase ini, aku akan menutup laptop, menyimpannya dan melupakan keinginanku menulis. Menyebalkan memang, tapi terima saja. 

Bisa saja momen seperti ini menjadi semacam peringatan dari Tuhan agar jangan terlalu sibuk menulis dan tetap menyadari bahwa ada kehidupan di dunia luar sana.

Maka aku mematuhi perintahnya, yaitu kembali membuka mata dan kepalaku untuk menyerap apa saja yang aku temui di sekitar. 

Ada beberapa aktivitas yang aku lakukan ketika menghadapi fase ini yang mungkin bisa menjadi inspirasi bagi teman-teman.

  1. Hunting Foto

Salah satu hobi favoritku semenjak lama adalah memotret. Dan yang menjadi subjek dalam setiap fotoku adalah manusia atau pemandangan yang kutemui di jalanan. Dalam dunia fotografi, genre ini disebut street photography

Aku sangat suka dengan hobi ini karena satu alasan: menantang.

Di dalam street photography, kita tak sekedar keluar rumah,  jalan kaki, potret beberapa foto, lalu pulang dan langsung rebahan. Anda bodoh sekali jika mengira seperti itu. 

Salah satu poin paling krusial dalam fotografi ini adalah melawan rasa takut mengangkat kamera, terutama bagi pemula. Karena kamu sedang berada di tempat umum, orang asing ada di mana-mana dan kamu harus menjadikan mereka sebagai subjeknya. Wah, apa nggak macam-macam kemungkinan yang akan terjadi. Entah salah satu dari mereka tersinggung ketika dipotret, marah-marah, atau men-smackdown-mu. Belum lagi perasaan seolah menjadi pusat perhatian ketika kamu mengangkat kameramu (padahal sejatinya nggak ada yang terlalu peduli sih).

Maka, kombinasi wajib dalam bidang ini adalah kemampuan bersosialisasi kita. Kemampuan untuk menyapa, basa-basi dan meladeni berbagai macam orang random dalam percakapan. Intinya, kita harus mempunyai strategi agar kita bisa mendapatkan foto yang kita harapkan tanpa menyinggung perasaan orang lain. 

Biasanya di momen ‘basa-basi’ dengan orang lain ini titik inspirasiku kembali muncul. Di beberapa waktu, aku malah lupa dengan tujuan utamaku dan tenggelam dalam percakapan. Apalagi kalau aku mendapatkan orangtua sebagai lawan bicaraku. Beh.

Entah cerita masa lalu mereka, latar belakang kehidupan dan masalahnya. Beberapa dari mereka mempunyai cerita yang cukup unik dan aku biasanya mencatat tiap bagian penting darinya di notes kecilku. 

  1. Membaca 

Aku nggak spesifik menyebutkan membaca buku karena maksudku di sini adalah membaca apa saja. Jika aku sedang tak mood membaca buku fisik, aku akan menjelajahi artikel random di web seperti Medium, Mojok atau Quora. 

Misinya, untuk menjelajahi cerita, sudut pandang, ide dan opini dari para penulis lain. Siapa tahu dari sini, aku bisa mendapatkan inspirasi dan cerita baru. 

  1. Menggambar/Mencoret-coret kertas

Semenjak kecil, aku mempunyai hubungan spesial dengan menggambar. Aku senang sekali menggambar. Meskipun gambarku tak bisa dibilang bagus-bagus amat, setidaknya ini adalah hal yang paling menghiburku. Karena tak butuh berpikir keras, tak butuh modal besar, hanya selembar kertas dan sebatang pulpen. Sisanya, hanya tangan dan pikiranmu yang menentukan hasil gambarnya.

Kadang, aku bahkan tak menggambar apapun. Aku hanya mencoret-coret kertas, membuatnya penuh dengan tinta tanpa bentuk, tak bermakna. Sambil mungkin menulis beberapa tulisan random yang aku sendiri tak mengerti. 

“Hari ini, aku nggak tahu mau nulis apa!” 

  1. Mendengarkan Podcast

Menurutku, mendengarkan podcast adalah satu-satunya pengganti buku terbaik. Karena kamu bisa nyambi melakukan hal lain sembari membiarkan inspirasi dan cerita mengalir ke telinga dan benakmu.

Aku biasanya menyimak podcast sambil cuci piring.

  1. Menonton Youtube

Di samping menonton Windah Basudara ketika makan, aku juga banyak menonton video para content creator inspiratif seperti Zahid Ibrahim, Xaviera atau Zhafira Aqyla. 

Senang saja menonton keseharian dan cerita dari para orang cerdas seperti mereka. Menambah semangat dan motivasi untuk berkarya. 

***

Sebenarnya masih banyak ide kegiatan lain yang bisa dicari. Pada intinya kan, ketika terkena writer’s block, berarti kita tak punya pilihan lain selain kembali ke dunia nyata dan beraktifitas seperti biasanya lagi. 

Uda Ivan pernah memberikan rekomendasi buku yang bisa dibaca ketika menghadapi hal ini. Buku karya Reda Gaudiamo yang berjudul “286 Ide untuk Ceritamu”. Untuk ulasannya, cek saja sendiri di sini

***

Jujur, aku nulis tema ini karena aku memang sedang tak punya topik lain. Makanya aku menjadikan ‘ketiadaan topikku’ menjadi sebuah topik. 

Intinya aku ingin menulis. 

Next Post

Previous Post

Leave a Reply

© 2025 ziyad syaikhan

Theme by Anders Norén