ziyad syaikhan

Perempuan Cantik juga Mengupil

Disclaimer: Artikel ini diperuntukkan kepada seluruh laki-laki di alam semesta.

***

Aku merasa heran terhadap para lelaki yang berlebihan dalam mengagungkan perempuan. Bahkan hingga level menjadikannya sebagai obsesi. 

Ada satu kejadian ketika aku bercakap dengan tongkronganku di salah satu kafe selipan gang Malioboro. Seorang perempuan berjalan lewat tepat di hadapan kami. Percakapan seru kami tiba-tiba terhenti, suasana menjadi hening seketika dan semuanya mendadak berjalan secara slow motion

Perempuan itu melangkah santai melewati kita yang terpaku. Aku akui, parasnya cantik, langkahnya anggun dan baunya pun, wangi. Tapi ya cerita berakhir di situ. Dia hanya seseorang yang lewat di hadapan kita tak lebih dari 10 detik. Ketika dia sudah menghilang dari pandangan, semuanya kembali seperti semula.

Tololnya, ketika aku memperhatikan raut wajah para kawanku, ternyata mereka semua kompak tersenyum simpul. Aku seolah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan benar, topik kita berubah haluan, yang tadinya membahas Apakah Hitler Pernah Jadi Dokter di Indonesia berubah menjadi Wanita Cantik Idaman dengan versi masing-masing.

Aku tutup mulut semenjak percakapan dimulai, mencoba mendengarkan.

Rata-rata dari kawanku mengakui suka wanita berkulit putih, bermata sipit dan berhidung mancung sedikit pesek. Definisi mutlak dari orang-orang Chindo sebenarnya.

Ada juga yang ternyata menyukai wanita yang kulitnya sedikit gelap dan bibirnya tebal. Mirip wanita latin, mungkin? 

Rampung  membahas kriteria fisik wanita idaman, mereka lanjut membahas pengalaman mereka berinteraksi dengan perempuan (aduhai, malu sekali aku cerita ini). 

Bayangkan saja. Hanya dengan pernah berinteraksi sebentar dengan wanita, mereka menganggap itu sebagai sebuah mahaprestasi yang patut mereka banggakan. Aneh ya?

Bahkan yang lucu sekali, salah satu kawanku bercerita pengalamannya pernah diangguk ketika berpapasan dengan perempuan dan salah tingkah sendiri. Mungkin karena saking geernya, dia merasa dirinya adalah seorang superstar ganteng mlehoy yang mampu membuat wanita sekitarnya klepek-klepek ketika memandangnya. 

Ceritanya disambut dengan tawa salah tingkah kawanku yang lain. Kegeeran dan imajinasi mereka mulai melayang kesana-kemari. Aku menghela nafas sambil mencatat momen tersebut diam-diam ke dalam buku notesku.

Ketika percakapan mereka terjeda, aku berkomentar, “Kenapa sih kalian membahas mereka seolah mereka sesuatu yang spesial sekali? Mereka kan juga manusia biasa. Hanya karena mereka cantik bukan berarti mereka adalah malaikat ”  

Aku jadi ingat petuah emas bapakku yang seringkali ia ulang di meja makan, 

“Kalau kau lihat wanita cantik. Jangan cuma lihat cantiknya saja. Ingat bahwa dia juga punya upil di hidungnya, dia juga ngiler ketika tidur, dia juga punya ketombe di rambutnya, dia juga (maaf) buang air besar dan kecil. Kentutnya juga pasti bau. Mungkin dia punya canteng bersarang di jempol kaki kanannya. Dia juga tertawa seperti orang gila ketika bersama kawan perempuannya dan sebagainya.

Pada intinya, dia juga manusia. Jangan sampai ketika kamu melihat cantik wajahnya sekilas, kamu membiarkan imajinasimu menambah-nambah pesonanya di memori. Ekspektasimu terlanjur melambung tinggi dan lupa dengan realita.

Santai saja. Hormati mereka sebatas wajarnya. 

Ketika kamu terlalu meninggikan mereka secara tak wajar, maka secara tidak langsung kamu merendahkan harga dirimu sebagai laki-laki.”

Memang betul perkataannya, karena inilah kenyataannya. Petuah itu Bapak sampaikan ketika aku sedang terjangkit cinta monyet di masa SMP. Kini, petuah itu masih menggema di dalam benakku dan menjadi prinsip yang aku pegang teguh setiap saat. 

Dengan prinsip itu, aku menjadi laki-laki yang lebih menjaga kehormatan, batasan dan aturan yang berlaku antar lawan jenis. 

Dengan prinsip itu pula, aku lebih mampu mengontrol fantasi dan imajinasi liarku dengan segera menampar diriku dengan realita yang ada.

Tak ada lagi ekspektasi tinggi atau kegeeran yang tidak berguna ketika berinteraksi dengan perempuan.

Pada dasarnya, mereka adalah manusia biasa. Mau secantik apapun paras atau jasmaninya. 

***

Di samping pola pikir di atas, aku tentu juga langsung memikirkan sebab dari fenomena cara pandang lelaki terhadap perempuan yang kian hari semakin nyeleneh dan bahkan mesum. Karena masalah ini baru terasa jelas sekali di era modern kita sekarang.

Tak butuh dari semenit untuk diriku menyimpulkan bahwa segala penyebab buruknya harga diri perempuan di zaman sekarang adalah Internet.

Kita hidup di era yang mana salah satu pengaruh terbesar bagaimana pola pikir kita terbentuk adalah sosmed (tepatnya, otak kita dipengaruhi dengan apa yang kita lihat dan konsumsi darinya).

Masalahnya, sosial media manapun-Instagram, Twitter, Tiktok dan sebagainya-di zaman sekarang tak hanya menjadi tempat membagikan keseharian, informasi bermanfaat atau konten hiburan, namun juga media bagi wanita berbaju setengah telanjang untuk memamerkan lekuk tubuhnya secara bebas. Membiarkan keelokan dirinya dinikmati secara mudah dan gratis oleh para pria asing di luar sana.

Di Google, kita juga sudah bisa mengakses situs bokep itu sendiri dengan mudah dan cepat. Karena inilah, kecanduan pornografi menjadi salah satu masalah paling darurat di Nusantara (yang juga paling jarang disadari keberadaannya).

Bahkan negara kita ini masuk ke dalam daftar negara paling banyak mengakses situs porno urutan kedua di dunia setelah India. Memalukan bukan?

Apa efek dari semua ini?

Menurunnya kualitas moral para lelaki dan harga diri wanita di mata masyarakat.

Pada akhirnya, jika masalah ini tak segera dicari solusinya, semua lelaki akan menjadi cabul dan tak lagi melihat perempuan sebagai sesuatu yang berharga, namun sebagai sarana pelampiasan hawa nafsu dan barang yang tak berharga jika tak elok bentuknya. 

Kira-kira, apa solusi untuk masalah ini? Karena ini masalah kompleks, mungkin akan kita bahas di kesempatan lain. Insya Allah. 

Next Post

Previous Post

Leave a Reply

© 2025 ziyad syaikhan

Theme by Anders Norén