ziyad syaikhan

Aku Mencoba Detoks dari Sosial Media

Ini adalah hari ke-3 aku mencoba mendetoks diriku dari sosial media dan berikut beberapa hal yang kurasakan.

Tiga hari lalu, aku sudah mencapai fase kelelahan atau burnout dengan aktivitasku selama di sosial media. Biasanya, aku menghabiskan waktuku di sosmed dengan rata-rata 3–5 jam, entah membalas chat, membuat storygram dan paling banyak di scrolling. Kebiasaan itupun sebenarnya jauh lebih mendingan daripada diriku setahun lalu yang mana aku bisa menghabiskan waktuku di sosmed selama rata-rata 7 jam hariannya.

Meskipun begitu, aku tetap merasa jenuh dan kelelahan. Bagiku, sosial media bukan lagi tempat hiburan yang baik melainkan sarana memupuk insecurity dan ajang validasi antar pengguna. Dan aku membenci itu.

Niatku untuk detoks ini diperkuat dengan salah satu video short di Youtube yang menjelaskan efek sosial media kepada kita. Di antara beberapa poin yang ia beberkan, ada satu poin yang akhirnya benar-benar menggerakkan diriku untuk memulai detoks ini.

“Tanpa kita sadari, kita tenggelam semakin dalam di dunia digital dan semakin menjauh dari realita di sekitar kita.”

Betul sekali, karena itulah yang kurasakan. Terlalu lama beraktivitas di sosial media setiap hari membuatku merasa tak hidup. Aku merasa bahwa aku tak berada di momen sekarang karena otakku selalu terpaut dengan apa yang ada di gawaiku. Ketika aku beraktifitas di luar rumah misalnya, berolahraga, aku tak pernah benar-benar menikmatinya, karena sambil berolahraga, pun, aku masih memikiran,

“Di instagram sudah ada notifikasi apa ya? Sudah ada message apa ya? Sudah ada kabar terbaru apa ya?” dan siklus seperti ini berulang tiap hari.

Hingga aku akhirnya memutuskan untuk menonaktifkan akun sosial mediaku sementara dalam rangka mengistirahatkan otakku dan me-reset semuanya dari nol.

Apa yang kurasakan di tiga hari awal tanpa sosial media?

1. Menderita dan Lega Secara Bersamaan.

Aku merasa lega karena bisa merasakan pikiranku yang JAUH lebih tenang, jernih dan bersih tanpa adanya informasi berlebih yang biasanya kudapatkan dari scrolling. Aku juga merasa bahwa perlahan aku mulai bisa menikmati momen yang ada di hadapanku, benar-benar hadir di momen tanpa distraksi apapun.

Menderitanya? Karena aku sudah terlanjur kebiasaan menjadikan scrolling sebagai pelarian, jadi ketika opsi itu dihilangkan, aku masih suka merasa kebingungan akan melakukan apa. Bisa dibilang sakau, mungkin. Apalagi aku terdiagnosa memiliki ADHD ringan, yang memang selalu membutuhkan stimulus dan distraksi untuk merasa tenang.

Aku juga masih suka penasaran, bertanya-tanya seperti sudah ada kabar terbaru apa ya? Atau teman-teman lagi pada ngapain ya? Tapi rasa penasaran ini cukup mudah untuk ditangkis dan berlalu. Memang tak penting bagiku.

Biasanya aku berakhir berolahraga, membaca buku, keluar rumah berjalan kaki atau menulis artikel seperti yang aku lakukan saat ini. Dan ini memanglah tujuan utama dari detoksifikasi ini, yaitu peralihan kebiasaan dari scrolling menuju hal-hal yang jauh lebih bermanfaat.

Setidaknya, aku suka penderitaan yang bermanfaat seperti ini. Karena kita semua tahu bahwa tak ada jalan yang mudah dalam proses menuju versi yang lebih baik.

2. Orang-orang Mulai Bertanya

Di hari pertama, aku belum mendapatkan atensi dari siapapun, apalagi aku memang sengaja melakukan hal ini diam-diam. Buat apa pula aku memberi tahu orang lain? Orang-orang juga tak ada yang benar-benar peduli dengan.

Di hari kedua, aku mulai mendapat chat di Whatsapp dari beberapa teman yang menanyakan keberadaanku yang menghilang di Instagram. Apalagi biasanya aku termasuk rajin dalam mengupdate status di sosmed.

Aku hanya menjelaskan secukupnya bahwa aku sedang ingin beristirahat sementara dan ingin lebih menikmati kehidupan nyataku. Biasanya setelah kujelaskan, mereka hanya ber-oh, kemudian berlalu.

Karena pada dasarnya memang tak ada orang yang benar-benar peduli. Mungkin mereka hanya penasaran di awal, tapi kemudian menganggapnya angin lalu dan kembali fokus ke urusannya masing-masing.

Kita punya kehidupan sendiri, begitu pula orang lain. Jangan pernah lakukan sesuatu untuk orang lain, lakukan untuk dirimu sendiri. Kamu hidup untuk dirimu, bukan jadi budak dari pandangan orang lain.

Apakah Worth it?

Oh, jelas. Aku bahkan sangat menganjurkan teman-teman untuk memulai detoksifikasi ini sekarang juga dan merasakan berbagai efeknya.

Niatku

Aku berniat akan menjalani detoks ini hingga 3 bulan ke depan dan insya Allah ketika aku sudah mencapai target tersebut, aku akan kembali menulis update mengenai perjalanan detoks-ku selama itu. Doakan yang terbaik ya, kawan!

***

Tulisan ini juga sudah ditulis di Medium. Setiap tepukan (👏) dan komentarmu adalah bentuk apresiasi yang akan amat kuhargai dan menambah kobar semangatku.

Kalau kamu ingin mengobrol dan berkenalan denganku lebih dekat, kamu bisa sapa aku di akun instagram pribadiku. Jangan malu-malu! 😄

Next Post

Previous Post

Leave a Reply

© 2025 ziyad syaikhan

Theme by Anders Norén