Mungkin, sudah bukan rahasia lagi kalau lingkungan di sekitar kita makin miris kian harinya. Tak perlu jauh-jauh. Buka pintu rumah, dan kita akan menemukan segalanya telah berubah. Para manusia pencari viral, tak lagi peduli dengan rasa hormat dan wibawa dirinya. Bahkan melakukan hal-hal tak senonoh, pun, sudah dianggap biasa saja. Malah, dibilang lucu dan menghibur. Di potongan dunia lain, kita lihat para wanita-wanita, yang entah mengapa, memamerkan aurat dan lekuk tubuhnya dengan percaya dirinya, bahkan hijab pun hanya seperti formalitas dan mode. Bukan syariat dari Tuhan. Lebih jauh lagi, semakin gelap lagi apa yang kita temukan.
Berbagai kasus korupsi yang dilakukan oleh para pejabat. Ratusan pelajar hamil diluar nikah, hingga pemerintah harus menerima banyak sekali ajuan dispensasi nikah karena belum cukup umur. Lain lagi, kita lihat bocah-bocah masih berusia pelajar meneror jalanan, menerobos kelamnya malam. Perselingkuhan yang justru malah meraja di bulan Ramadhan. Lebih jauh lagi, kita akan semakin menemukan kerusakan-kerusakan lain, yang jiwa pun akan merasa lelah dan takut menghadapinya.
Dan kita, harus hidup ditengah badai ini tanpa tahu, hendak kemana lagi kita akan berlari? Apakah masih ada di zaman ini tempat yang menjunjung tinggi adab, akhlak dan agama? Bahkan, di pesantren sekalipun, tidak menjamin bahwa orang-orang di dalamnya terdidik dengan baik. Orang yang memakai sirwal, koko dan jenggotan pun belum tentu Sholeh seperti pakaiannya. Bahkan, para wanita bercadar sekarang, malah bangga menebar pesona. hanya dengan kerlingan mata yang dipancarkannya, mencari like dan komen manis netizen di social media. Berpose manis dengan jilbab lebar yang menutupi tubuhnya.
Di tengah badai ilusi ini, apa yang kita bisa lakukan? Hendak lari kemana lagi kita jika, bahkan tempat yang aman sudah menjadi hal yang tiada?
Kawan, sebenarnya, sejak bumi diciptakan, hingga hadir kiamat kelak, tak ada yang namanya lingkungan yang aman dan baik. Tak ada yang namanya tempat aman. Disetiap tempat di bumi ini, selalu diisi dengan muslihat dan tipu daya. Ini bukan tentang bagaimana kita mencari tempat yang baik untuk menjadi baik. Karena untuk menjadi baik, kita tak mesti bergantung kepada lingkungan yang baik.
Lingkungan yang baik hanya bersifat menjadi dorongan, bukan menjadi keharusan kita mendapatkannya. Karena untuk menjadi baik, kita hanya perlu untuk memiliki prinsip yang kuat dan kokoh, dan kita benar-benar tahu, apa makna sejati dari semua yang kita perjuangkan.
Kawan, aku tahu ini berat. Tapi, engkau tak sendiri. Masih banyak orang baik di dunia ini, insya Allah. Hanya saja, pastinya mereka adalah orang-orang asing yang tak pernah terlihat di publik dan tak mencolok, karena memang umat muslim memang pada asalnya terasingkan.
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ [dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati).”