Muqadimah 1 ; Telah berkata Syaikh doktor Shalih bin Muhammad al-‘Ushaymi di dalam kitabnya, Khulashah ta’dzimil ilmi. Bahwasanya, banyak atau sedikitnya ilmu seseorang adalah tergantung dari pengangungan dirinya terhadap ilmunya itu sendiri. Barangsiapa yang hatinya penuh dengan pengagungan ilmu, maka hati tersebut pantas menjadi tempat bagi llmu tersebut. Barang siapa yang kurang pengagungannya, maka berkurang pula ilmunya.
Adapun bentuk-bentuk pengangungan ilmu;
- Membersihkan tempat ilmu, yaitu hati. Apabila hati kita bersih, maka ilmu akan berkenan untuk masuk. Dan hal yang mengotori hati adalah kotoran syahwat dan syubhat.
- Mengikhlaskan niat di dalam menuntutnya. Dan bentuk ikhlas dari seseorang adalah yang pertama; Mengangkat kebodohan dari diri sendiri. Kedua; mengangkat kebodohan dari orang lain. Ketiga; menghidupkan ilmu dan menjaganya agar tidak punah. Keempat; adalah mengamalkannya.
- Mengumpulkan tekad untuk menuntutnya, meminta pertolongan kepada Allah dan tidak merasa lemah. Sebagaimana dalam hadits nabi;
احرص على ماينفعك واستعن بالله ولا تعجز
“Hendaklah engkau bersemangat untuk hal yang bermanfaat bagi dirimu, dan memohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah.” HR.Muslim.
Dahulu, imam Ahmad bin Hanbal ingin keluar dari rumahnya untuk menghadiri majlis gurunya sebelum datang waktu Shubuh. Dan sebagian mereka membaca hadits kepada gurunya dalam 3 majlis atau pertemuan. Ini menunjukan bagaimana pendahulu kita dalam menuntut ilmu.
- Memusatkan semangat kita dalam menuntut ilmu al-quran dan hadits, karena dia adalah pusat ilmu itu sendiri.
Poin ke-5 dari bentuk-bentuk pengagungan terhadap ilmu adalah; Menempuh jalan yang benar dalam menuntut ilmu agama. Karena jika kita memilih jalan yang tak benar, maka kita tak akan mendapatkan apa yang kita inginkan, atau mendapatkan sedikit dan disertai dengan rasa lelah yang sangat.
Diantara cara dalam mempelajari suatu cabang ilmu adalah;
- Dengan menghafal sebuah matan kitab yang menyeluruh. Dan dia mengumpulkan perkara-perkara yang rojih atau dikuatkan menurut para ulama di bidang tersebut.
- Mempelajari ilmu tersebut dari ahlinya, yang bisa dijadikan teladan dan dia mampu mengajar.
- Mendahulukan ilmu yang paling penting. Dan ilmu yang paling penting, adalah ilmu yang berkaitan dengan ibadah seorang hamba kepada Allah. Seperti ilmu Aqidah, tata cara wudhu dan yan lainnya.
- Bersegera untuk mendapatkan ilmu. Terutama dalam waktu muda, karena waktu muda adalah waktu emas untuk mempelajari ilmu agama. Telah berkata Hasan al-Bashriy rahimahullah,
العلم في الصغر كالنقش في الحجر
“Menuntut ilmu di waktu kecil, seperti memahat diatas batu. Adapun jika menuntut ilmu di masa tua, maka kebanyakan manusia akan memiliki banyak kesibukan, pikiran dan koneksi.” Adapun jika mereka mampu mengatasi itu semua, maka insya Allah dia akan mendapatkan ilmu. Para sahabat nabi dahulu menuntut ilmu sedangkan mereka seudah berumur.
- Pelan-pelan dalam menuntut ilmu. Ia tidak bisa serta merta diambil dalam satu waktu. Ia diambil secara pelan-pelan dengan memulai dengan kitab ringkas, memahami dan menghafalnya. Bukannya kita langsung memulai dengan kitab-kitab berat.
Poin ke-7 dari poin-poin pengagungan adalah; Sabar dalam menuntut ilmu dan menyampaikannya. Menghafal, memahami dan menghadiri majelis membutuhkan kesabaran. Begitupula menjaga hak seorang guru juga butuh kesabaran.
Berkata Yahya ibnu Katsir;
لا يستطاع العلم براحة الجسد
“Tidaklah ilmu didapatkan dengan tubuh yang berleha-leha.”
- Memperhatikan adab-adab ilmu yang bermanfaat. Dan adab ini mencakup adab diri, terhadap guru dan juga teman. Orang yang beradab dengan ilmu berarti mengagungkan ilmu. Maka dia akan dianggap pantas untuk mendapatkan ilmu.
Berkata Ibnu Sirrin;
كانوا يتعلمون الهدي كما يتعلمون العلم
“Dahulu mereka mempelajari adab, seperti mereka mempelajari ilmu.”
Begitupula para ulama dahulu, mereka mempelajari adab terlebih dahulu sebelum menuntut ilmu. Karena dikhawatirkan akan sia-sia suatu ilmu tanpa adanya adab.
- Menjaga ilmu dari apa yang menjelekkannya. Seperti dia menjaga wibawanya. Karena jika seorang penuntut ilmu melakukan hal yang tidak pantas, maka itu akan merendahkan derajatnya sebagai penutut ilmu. Seperti banyak menoleh di jalan, berteman dengan orang fasiq dan sebagainya.
- Memilih teman yang sholeh. Seorang penuntut ilmu butuh dengan teman yang baik, karena teman akan sangat mempengaruhi kita.
Rasulullah telah bersabda;
الرجل على دين خليله فلينظر احدكم من يخال
“Seorang berada diatas agama teman akrabnya, maka hendaknya lihatlah siapa yang menjadi teman akrabnya.” Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Abu Dawud & Tirmidzi.
- Berusaha keras di dalam menuntut ilmu, bermudzakarah, menghafal dan bertanya.
Berkata syaikh Utsaimin, “Kami menghafal sedikit dan membaca banyak. Maka kami mendapat manfaat lebih banyak dari apa yang kami hafal dari yang kami baca.
- Menghormati ilmu. Rasulullah pernah bersabda,
ليس منا ما لم يجل كبيرنا ولا يرحم صغيرنا ويعرف لعالمنا حقه
“Bukanlah dari umatku orang yang tidak menghormati orangtua, tidak menyayangi anak kecil dan tidak mengetahui haq bagi orang alim.”
Maka bagi seorang murid harus menjaga sikap dan tawadhu. Mendoakan beliau, berterima kasih dan tidak memujinya berlebihan. Serta adab-adab yang lainnya.
Ada enam perkara yang seorang murid harus perhatikan ketika hendak mengkoreksi gurunya;
- Meneliti, apakah benar kesalahan itu keluar dari gurunya.
- Meneliti apakah itu sebuah kesalahan
- Tidak boleh mengikuti kesalahan
- Memberi udzur kepadanya dengan alasan yang benar
- Memberi nasihat dengan lembut dan rahasia
- Menjaga kehormatan guru di hadapan umat.
- Mengembalikan suatu perkara kepada ahlinya. Tidak boleh memaksakan dirinya untuk hal yang ia tak mampu. Karena takut berbicara tanpa ilmu dalam perkara besar yang memiliki pengaruh besar dalam umat.
- Menghormati majelis ilmu dan kitab. Tidak banyak bergerak, memperhatikan, tidak bersandar dengan tangan. Juga menjaga kitab dan menjaga. Tidak menjadikan kitab sebagai tempat simpanan, tidak bersandar padanya dan lain-lain.
- Membela ilmu dan menolongnya. Ilmu adalah hal yang mulia yang harus ditolong oleh para penuntut dan ahli ilmu, ketika ada yang hendak merusaknya. Membantah penyimpangan apapun untuk menjaga agama. Memboikot mubtadi’ dan lain-lain. Semua dilakukan untuk menjaga ilmu
- Berhati-hati dalam bertanya. Hendaknya penuntut ilmu awas dalam 4 perkara dalam bertanya;
- Bertanya untuk belajar, bukan untuk mengeyel.
- Bertanya sesuatu yang bermanfaat
- Melihat keadaan gurunya
- Memperbaiki cara bertanya.
- Cinta yang sangat kepada ilmu. Kelezatan ilmu bisa didapat dengan 3 perkara;
- Mengeluarkan segenap tenaga untuk belajar
- kejujuran dalam belajar
- keikhlasan dalam niat
- Memanfaatkan waktu. Seorang penuntut ilmu tak pernah menyia-nyiakan waktunya. Sebagian salaf dahulu ada yang muridnya menyetorkan ilmu kepada gurunya, sedangkan gurunya dalam keadaan sedang makan.