Salah satu hal yang aku mulai sadari semenjak masuk ke jenjang kuliah di umurku yang saat ini masih 16 tahun adalah realita kedewasaan. Dari hari pertama, suasana sekitar kampus sudah memberikan sinyal dalam diriku.
“Kamu adalah mahasiswa yang harus sudah bersikap dan berpikir secara dewasa.”
Bukan lagi anak SMA tanggung yang masih ingin bermain banyak dan ‘menikmati’ masa muda mereka dengan cara ‘menyenangkan’ itu.
Poin penting di sini adalah, tak peduli berapa umur kita, ketika kita sudah baligh dan sudah berakal, kita sudah berhak dan sangat dianjurkan untuk berpikir realistis dan logis.
Di saat para remaja lain masih sempatnya sibuk memikirkan pacaran, mencoba merokok, bermain kesana-kemari dengan berdalih, “Ah, masa muda cuman sekali, nikmati aja kali, serius amat.”
Itu sungguh ungkapan yang menyesatkan. Harusnya kita semua sadar, masa muda justru adalah masa kritis yang kita gunakan habis-habisan untuk menempa dan membentuk sosok kita di masa depan. Cinta monyet, ingin coba aneh-aneh dan segala ‘bunga pubertas’ itu semua hanya fenomena normal yang seharusnya dilawan dan tak bisa dijadikan penghalang bagi kita untuk bersikap dewasa.
Jangan gunakan kata, “Masa muda cuma sekali.” Ubah kalimat itu menjadi, “Hidup cuma sekali.” Maka kita akan sadar kalau kita nggak punya banyak waktu untuk bermain seenaknya. Semuda apapun kamu sekarang, kamu nggak tahu kan kamu hidup sampai umur berapa?
Plus, kita memiliki kehidupan setelah kematian yang kita kenal sebagai Akhirat. Apa dua fakta itu tak menggerakkan kita untuk berpikir kritis dan tak melulu menuruti hawa nafsu liar kita?
Jangan sampai kita berpikir, “Ah, nakal sekarang nggak papa, kan bisa tobat nanti.” Heey, nanti-mu itu kapan? Mau nunggu sampai berumur dulu baru mau berubah menjadi baik? Nggak bisa begitu.
Karena hawa nafsu, sekali dituruti, maka ia akan selalu menyeret perlahan ke dalam jurang. Ketika kamu selalu menunda untuk berubah menjadi lebih baik, maka semakin dalam kamu tenggelam dalam dosa-dosa itu. Pada akhirnya, kamu tak kunjung berubah hingga ajal menjemput.
Na’udzubillah.
Balik ke poin tentang dewasa. Dari hari-hari awal di kuliah ini, aku menyimpulkan, “Tabiat kita, pola pikir kita dan segala sisi dari kita sangat dipengaruhi dari orang di sekeliling kita.”
Bukanya aku baru tahu, karena kan memang ada hadits nabi yang menyebutkan kalau, “Jika kamu ingin melihat baik atau tidaknya agama seseorang, maka lihatlah dengan siapa dia berteman.” HR. Abu Dawud